Handphone-ku senyam-senyum menerima sebuah sms. Layarnya seketika bersorai. Ia membacanya dengan mata sumringah. Ada surga di Pasuruan. Begitu awal sms itu. Lalu kaki-kaki bertelanjang dada. Yang lama mendamba wangi sepatu. Menyemut dari seluruh penjuru. Seperti yang pernah didengarnya: di surga tak ada luka kaki. Mereka datang ingin memetik doa yang selama ini mereka tanam. Tapi pintu ternyata tak selebar dikira. Dan demi wangi sepatu, mereka lupa pada tanah. Mereka mencium kepala.
Begitulah handphone mengabari aku. Ia melihat aku di antara kerumunan itu. Di antara duapuluhsatu nyawa yang ikhlas tak menyentuh surga. Ia heran bagaimana dan untuk apa aku hadir di sana. Maka aku menjawabnya: Aku berangkat bersama mereka. Mereka semua tahu. Aku ada di dalam diri mereka. Di darah di kulit di tulang di hati mereka. Aku perlu sepatu. Agar bisa leluasa bergerak dari kaki ke kaki. Melaksanakan tugas abadi. Mengarahkan mereka ke jalan yang sesat. Sebagaimana kakek mereka memisahkan aku dengan Tuhan. (18 Sept 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar