Di handphoneku tak ada pagar. Kau bebas masuk sesuka hatimu. Tapi hati-hatilah melangkah. Jangan kesandung kamera. Pengaman dan penghibur yang mengintai di balik punggung. Seperti kasir yang mencatat jejak para pembeli.
Masuk dan jelajahlah setiap siku sakuku. Niscaya takkan kau temui sebutir pun pasir rahasia. Hanya kabel-kabel kecil. Seperti akar yang berseliweran. Pengalir arus yang membuatnya bertahan hidup. Lihatlah asbak yang geletar di atas meja bisu. Merindu abu rokok yang lama tak hadir. adakah kau punya?
Sambil kau seruput kopi susu dekat kotak surat. Nikmatilah musik yang palsu. Game yang palsu. Juga gambar biru berwarna terung. Teruslah menjelajah hingga bosan mengusirmu. Atau kekasih memanggilmu. Tapi jangan tinggalkan puisi yang terkancing. Aku tak tahu bagaimana membacanya. (17 Sept 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar